Pada satu musim semi
Kau hadir bagai semerbak bunga
Wangi dan selalu kunantikan
Hingga pada satu titik puncak,
aku kau buat mekar kemerahan
Beranjak ke musim panas
Hati ini selalu merasa sejuk
Dengan eskrim di tangan kiri
Kau mengisi kekosongan tangan yang satu
Lanjut ke musim gugur
Banyak daun jatuh dari pohonnya
Namun hati tak gentar
Meski mulai diberi jarak
Musim dingin pun tiba
Hatiku mulai gerah
Kau beranjak kaku
Lalu keras seperti batu
Musim semi selanjutnya
Semua sudah berbeda
Rasa ini tetap sama
Tapi sisanya… tidak ada.